Sejarah tetap harus jujur, bangsa tetap harus belajar, dan penghargaan tidak meniadakan kritik.
Barusan saya mengingat tembang #padamunegeri. Suasana hati masih hangat ketika berselancar di beranda Facebook. Tiba-tiba, bermunculan cuplikan-cuplikan video Pak Soeharto Presiden RI ke-2, yang akhir-akhir ini kembali sering dibicarakan.
Lalu muncul satu pertanyaan yang cukup menggelitik:
“Apakah pantas Bapak Soeharto dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional?”
Perdebatan pun mencuat. Pro dan kontra berseliweran, wajar saja, namanya juga tokoh besar, selalu meninggalkan jejak yang memancing tafsir. Tapi ada satu hal yang layak kita ingat: Pak Harto pernah memimpin Indonesia dalam masa yang panjang, melewati dinamika, badai, dan perubahan besar dunia. Pada masanya, Indonesia pernah berada pada posisi yang diperhitungkan negara-negara lain.
Beberapa catatan yang sering dipuji:
* Stabilitas Ekonomi dan Harga Kebutuhan Pokok
Pada masa itu, pemerintah berupaya keras menjaga stabilitas ekonomi nasional. Nilai tukar rupiah dikendalikan, inflasi relatif terjaga, dan pembangunan ekonomi dilakukan secara bertahap. Dampaknya terasa nyata di tengah masyarakat: harga sembako relatif murah dan terjangkau, sehingga daya beli rakyat kecil masih dapat bertahan. Banyak yang kemudian mengenang periode tersebut sebagai masa ketika kebutuhan hidup pokok masih berada dalam batas kewajaran, tidak mudah melonjak seperti sekarang yang kerap dipengaruhi dinamika pasar global.
* Ketahanan Pangan dan Swasembada Beras
Salah satu pencapaian yang paling sering dibanggakan adalah keberhasilan swasembada beras. Program intensifikasi pertanian, penyediaan irigasi, penyuluhan pertanian, dan bantuan pupuk pernah mengantar Indonesia mencapai kemandirian pangan. Sawah kembali hidup, lumbung pangan desa terisi, dan petani memiliki ruang untuk berkembang. Walau tidak sempurna, pencapaian ini tetap menjadi tonggak penting dalam sejarah pembangunan nasional.
* Keamanan dan Pertahanan Negara
Di tengah dinamika politik dunia saat itu, Perang Dingin, konflik regional, dan ancaman separatisme, pemerintah berupaya menjaga stabilitas keamanan nasional. Aparat pertahanan diperkuat, dan gerakan yang dinilai mengancam negara ditekan. Situasi ini menciptakan rasa aman bagi sebagian besar warga, memungkinkan roda pembangunan dan ekonomi bergerak tanpa gangguan besar. Meski cara-cara pengamanan negara menuai kontroversi, tak bisa dipungkiri bahwa stabilitas yang tercipta menjadi fondasi kemajuan di berbagai sektor.
* Pembangunan Infrastruktur dan Desa
Era tersebut ditandai dengan pembangunan masif: jalan raya, irigasi, sekolah, puskesmas, hingga program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Desa menjadi pusat perhatian pembangunan, bukan lagi hanya kota besar. Banyak wilayah terpencil mulai terhubung, dan layanan dasar mulai diputihkan kepada masyarakat akar rumput. Walau tak merata hasilnya, geliat pembangunan menjadi pondasi bagi Indonesia memasuki era modern.
* Bidang Sosial dan Pendidikan
Program pendidikan dasar diperluas, termasuk pemberlakuan wajib belajar yang perlahan meningkat dari enam menjadi sembilan tahun. Dunia kesehatan diperkuat melalui puskesmas dan posyandu yang tersebar hingga pelosok. Upaya menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan sosial dilakukan dengan berbasis program pemerintah pusat. Banyak generasi saat ini mengakui hasil nyata dari proses panjang tersebut.
*Namun, sejarah tetap menuntut kejujuran*
Di balik keberhasilan, ada sisi gelap yang tidak boleh dinafikan:
- Dugaan Pembatasan kebebasan politik dan pers
- Dugaan tuduhan pelanggaran HAM di beberapa peristiwa
- Dugaan sentralisasi kekuasaan yang sangat kuat
- Dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang kemudian memicu Reformasi 1998
- Dugaan ketergantungan sistem ekonomi pada struktur tertentu yang rapuh saat krisis
Semua menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi bangsa, pelajaran berharga agar ke depan kita tidak mengulang kesalahan yang sama.
* Sikap Pribadi
Pada akhirnya, setelah menimbang jejak sejarah panjang tersebut, saya menyampaikan:
Secara pribadi, saya sangat-sangat mendukung Bapak Soeharto dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.
Bukan untuk menutupi kekurangan, namun sebagai bentuk penghargaan atas jasa besar beliau dalam menjaga stabilitas dan membawa Indonesia melewati masa transisi pembangunan. Penghargaan bukan berarti lupa; sebaliknya, itu adalah cara bangsa ini menghormati sejarah sekaligus terus belajar darinya.
Bukan karena mengabaikan sisi negatif sejarah, tetapi sebagai penghormatan atas kontribusi besar yang telah diberikan. Sejarah tetap harus jujur, bangsa tetap harus belajar, dan penghargaan tidak meniadakan kritik.
Biarlah waktu dan kebijaksanaan bangsa ini yang kelak memutuskan. Yang jelas, sejarah bukan untuk dilupakan, melainkan untuk dipahami
#ZA
#soehartopahlawannasional
#prokontrasoehartopahlawannasional
#bapakpembangunan
